Incarkasus.com 15 Januari 2025.
Di tengah perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau CSR) kembali menjadi sorotan.
Meskipun perusahaan tersebut memamerkan kesuksesan program Sari Larva Berdaya (SLB) sebagai bukti keberhasilan mereka, kritik pedas justru datang dari Helmi Syam Damanik, SH, MH, penasehat Forum Masyarakat Sumatera Utara (Formatsu).
“INALUM seolah berlomba menunjukkan komitmen besar terhadap pemberdayaan masyarakat melalui program-program yang tampak indah di permukaan. Namun jika ditelisik lebih dalam, keberpihakan mereka terhadap masyarakat akar rumput masih menjadi pertanyaan besar,” ujar Helmi dalam pernyataannya, di Medan. Selasa (12/01/2025).
Helmi tidak menampik bahwa program SLB, yang melibatkan budidaya maggot dan bank sampah, adalah langkah inovatif. Namun, ia menilai dampaknya hanya terasa di lingkup kecil.
“Budidaya maggot memang terlihat cemerlang di atas kertas, tapi apa artinya jika hanya menyentuh segelintir orang.” Bagaimana dengan ribuan masyarakat di desa-desa lain di Batu Bara yang masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan, minim pendidikan, dan sulitnya akses air bersih” tegasnya.
Helmi menuding bahwa program CSR INALUM lebih sering berfokus pada kegiatan seremonial yang mudah dipromosikan, tanpa benar-benar menyentuh kebutuhan mendasar masyarakat. Ia mempertanyakan alokasi dana yang mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahun namun gagal memberikan perubahan signifikan.
“INALUM adalah perusahaan besar dengan keuntungan triliunan rupiah. Tetapi di mana dampak riil dari CSR mereka,” Apakah membangun bank sampah di satu desa bisa dianggap jawaban atas masalah kesejahteraan di Batu Bara.
Helmi juga menyarankan agar dana CSR digunakan untuk membangun infrastruktur esensial seperti jalan, sekolah, dan Puskesmas yang layak.
“Bayangkan dampaknya jika INALUM mengalokasikan anggaran untuk mengatasi masalah pengangguran, memperbaiki akses pendidikan, atau memberikan layanan kesehatan yang lebih baik. Tetapi sayangnya, dana yang ada lebih banyak habis untuk pencitraan.”
Helmi juga menyerukan transparansi penuh atas penggunaan dana CSR perusahaan. Ia mengingatkan bahwa sebagai perusahaan negara, INALUM memiliki kewajiban moral untuk menunjukkan tanggung jawab sosial yang sebenarnya, bukan sekadar alat promosi.
“Kami mendesak pemerintah daerah dan DPRD Sumatera Utara untuk serius mengawasi anggaran CSR ini. Jangan sampai dana besar tersebut hanya menjadi alat pencitraan atau lebih buruk lagi, menguap tanpa jejak,” tegasnya.
HUT ke-49: Momentum Introspeksi
Helmi menyarankan agar momentum HUT ke-49 ini menjadi waktu refleksi bagi INALUM untuk memperbaiki strategi CSR mereka. “Program seperti SLB itu baik, tetapi hanya akan menjadi sekadar ‘hiasan’ jika tidak diikuti dengan langkah besar yang benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat luas,” katanya.
“INALUM harus memanfaatkan dana CSR mereka dengan bijak. Jangan biarkan masyarakat menganggap bahwa perayaan ini hanya ajang seremonial tanpa arti. Tunjukkan bahwa perusahaan ini benar-benar hadir untuk rakyat.”
Kini, masyarakat Sumatera Utara menunggu langkah nyata INALUM dengan aksi, atau justru dibiarkan tenggelam dalam euforia perayaan.
Red.